Kamis, 24 Mei 2012

Ekonomi Pariwisata V

DAMPAK EKONOMI DARI PEMBANGUNAN CLUB MED

Kini kepariwisataan memiliki berbagai dampak ekonomi, sudah banyak diketahui orang. Secara formal, para ahli membedakan dampak ekonomi yang terjadi karena kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med) termasuk pengembangan Club Med , terdiri dari Efek Langsung (Direct Effects), Efek Tidak Langsung (Indirect Effects) dan Efek Induksi (Induced Effects). Sementara itu, Efek Tidak Langsung dan Efek Induksi kadang-kadang disebutnya sebagai Efek Sekunder (Secondary Effects) yang menyertai Efek Langsung selaku Efek Primer (Primary Effect). Dampak total ekonomi pariwisata merupakan jumlah keseluruhan dampak yang terjadi baik langsung, tidak langsung maupun induksi, yang masing-masing dapat diukur sebagai keluaran bruto (gross output) atau penjualan (sales), penghasilan (income), penempatan tenaga kerja (employment) dan nilai tambah (value added). Secara nyata, kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med) memberikan manfaat pada penjualan, keuntungan, lapangan kerja, pendapatan pajak dan penghasilan dalam suatu daerah. Dampak yang paling dirasakan langsung, terjadi di dalam sub-sektor pariwisata primer, -penginapan, restoran, angkutan, hiburan dan perdagangan eceran (retail). 
Pada tingkat kedua, di sub-sektor sekundernya, berpengaruh pada sebagian besar sektor ekonomi.
 
Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med) lazimnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan dan penempatan tenaga kerja di daerah bersangkutan yang terjadi akibat kegiatan pariwisata (pengembangan Club Med). 
Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan yaitu:
  • Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan
  • Bidang Usaha lainnya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata;
  • Rumah Tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya;
  • Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga.
Direct Effects. Perubahan produksi sehubungan dengan dampak langsung atas perubahan belanja wisatawan. Misalnya, kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan Penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak dan kebutuhan barang dan jasa merupakan effek langsung (direct effect) dari belanja wisatawan itu.

Indirect Effects. Perubahan produksi yang dihasilkan dari pembelanjaan berbagai babak berikutnya dari penerimaan hotel kepada industri para pemasoknya, yaitu pemasok barang dan jasa kepada hotel. Misalnya, perubahan penjualan, lapangan kerja dan penghasilan dalam industri linen (sprei, selimut, bed-cover, handuk, taplak dsb.) adalah salah satu dari efek tidak langsung (indirect effect) dari perubahan penjualan hotel. Usaha-usaha pemasok barang dan jasa kepada perusahaan linen merupakan babak lain dari efek tidak langsung, yang akhirnya tidak terlepas dari keterkaitan hotel dengan banyak sektor ekonomi lainnya di daerah itu sampai pada beberapa tingkat.
Dalam contoh sederhana dapat digambarkan seperti berikut:
Katakanlah suatu daerah berhasil menarik 100 tambahan wisatawan, masing-masing membelanjakan $100 per hari, sehingga total belanja mereka per hari di daerah itu adalah $10.000. Jika berlangsung selama 100 hari dalam satu musim liburan, maka daerah itu akan dapat mengakumulasi sejumlah $1.000.000 sebagai transaksi penjualan baru. Satu juta dollar itu terbagi ke berbagai bidang usaha, seperti penginapan, restoran, hiburan dan perdagangan eceran dengan proporsi tergantung pada bagaimana wisatawan itu membelanjakan uangnya yang $100 itu. Mungkin, 30% dari satu juta dollar itu akan “mengalir” (bocor) ke luar daerah itu yang diperlukan untuk membayar barang dan jasa yang dibeli wisatawan namun tidak diproduksi di daerah yang bersangkutan (barang dan jasa seperti itu lazimnya diperhitungkan sebagai dampak penjualan langsung). Karena “kebocoran” tadi, maka sisanya yang $700.000 dalam bentuk penjualan langsung akan menghasilkan $350.000 penghasilan dalam industri pariwisata dan menunjang 20 lapangan kerja pariwisata. Kita tahu bahwa industri pariwisata bersifat padat karya dan padat penghasilan, menciptakan proporsi penjualan yang besar menjadi penghasilan dan lapangan kerja terkait.
Sebaliknya, industri pariwisata membeli barang dan jasa dari industri lainnya di daerah itu dan membayarkan sebagian besar dari $350.000 penghasilannya untuk upah dan gaji karyawannya. Inilah yang menciptakan dampak sekunder ekonomi di daerah tersebut.Sebuah penelitian misalkan menggunakan faktor pengganda (multiplier factor) 2,0 untuk menunjukkan bahwa tiap dollar dari penjualan langsung menghasilkan satu dollar tambahan dalam penjualan sekunder di daerah yang bersangkutan. Dengan nilai pengganda 2,0, maka dampak ganda dari $700.000 dalam penjualan langsung itu menghasilkan total penjualan sebesar $1.400.000.
Selanjutnya penjualan sekunder itu menciptakan tambahan penghasilan dan lapangan kerja, yang menghasilkan dampak total dalam penjualan sejumlah $1,4 juta, serta $650.000 penghasilan dan 35 lapangan kerja.
 
Induced Effects. Perubahan dalam kegiatan ekonomi yang terjadi karena belanja rumah tangga dari penghasilan yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari belanja wisatawan. Misalnya, karyawan hotel dan industri linen, yang ditunjang langsung atau tidak langsung oleh adanya pariwisata, membelanjakan uang mereka di daerah setempat untuk perumahan, makanan, angkutan dan serangkaian kebutuhan barang dan jasa untuk rumah tangga. Maka penjualan, penghasilan dan lapangan kerja yang dihasilkan oleh belanja rumah tangga dari tambahan upah, gaji atau penghasilan pemilik merupakan Efek Induksi (induced Effects).
Melalui efek tidak langsung dan efek induksi, perubahan belanja wisatawan sebetulnya dapat mempengaruhi tiap sektor ekonomi dengan berbagai jalan. Besaran efek sekunder tergantung pada kecenderungan usaha dan rumah tangga di daerah tersebut untuk membeli barang dan jasa dari pemasok lokal.
Efek induksi akan dirasakan, khususnya jika sebuah pemberi kerja menutup usahanya. Bukan hanya industri penunjangnya yang menderita (indirect effect), melainkan seluruh ekonomi setempat terkena dampaknya mengingat berkurangnya penghasilan rumah tangga di daerah itu. Misalnya, toko-toko eceran tutup, “kebocoran uang” ke luar daerah itu meningkat karena penduduk pergi ke luar daerah untuk mencari barang dan jasa. Dampak sebaliknya akan terjadi jika kenaikan penghasilan dan lapangan kerja meningkat tajam.
 
Pemakai terakhir (Final demand) merupakan istilah yang acap digunakan oleh para ekonom untuk penjualan kepada konsumen terakhir. Pemakai terakhir barang dan jasa pariwisata adalah rumah tangga, yaitu rumah tangga para wisatawan, para karyawan, pegawai negeri, para pengusaha, para petani, para peternak dsb. Demikian pula halnya belanja pemerintah dinilai sebagai pemakai terakhir.
 
Manfaat Club Med bagi perekonomian negara maju dan negara berkembang :
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan negara
2. Memperkuat nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 
Masalah-masalah ekonomi yang ditimbulkan :
Economic Leakages, hal ini disebabkan karena Club Med dimiliki orang perancis, hal ini berarti keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha Club Med akan lari ke negara perancis

Selasa, 15 Mei 2012

Ekonomi Pariwisata IV



SOAL NO. 1
Buatlah suatu rancangan penelitian penerimaan devisa dari sektor pariwisata negara/daerah tempat tinggal anda. Buatkan kerangka kerja penelitian anda yang memuat data-data apa saja yang diperlukan, dimana memperolehnya, tahapan dalam proses analisisnya serta hal-hal lain yang menurut pendapat anda bisa dimasukan kedalam kerangka kerja tersebut ?

Jawab :

Rancangan Penelitian Penerimaan Devisa dari Sektor Pariwisata
di Dieng, Wonosobo

1. Data – data yang diperlukan.  
a.   Jumlah Wisatawan
Besarnya jumlah wisatawan yang perlu diketahui adalah jumlah wisatawan domestik dan mancanegara.
b.   Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan
Maksudnya adalah tingkat rata-rata lamanya seluruh wisatawan berada disuatu daerah atau negara tujuan wisatawan. Biasanya terdapat kelompok wisatawan tertentu yang mengunjungi suatu daerah atau negara dalam waktu yang singkat namun ada pula yang mengunjungi daerah atau negara tersebut dalam waktu yang relatif lama.
c.   Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Per Hari
Rata-rata pengeluran wisatawan perhari dibedakan kedalam pengeluaran rata-rata wisatawan  nusantara dan pengeluaran wisatawan mancanegara.
d.   Pendapatan Nasional/Regional
Perlu diketahui sebagai acuan untuk mengetahui besarnya kontribusi kegiatan sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional.
e.   Nilai Tambah
Besarnya penambahan nilai suatu produk atau jasa karena mempergunakan bahan baku berbentuk barang atau jasa yang berasal dari tempat yang sama

2. Sumber Informasi Penerimaan Devisa
Besarnya devisa yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata di Dieng, Wonosobo yang dikunjungi oleh para wisatawan,dapat kita ketahui dengan melakukan penelitian kepada beberapa sumber diantaranya yaitu:
 a.  Bursa Valuta Asing
Untuk dapat diketahui Bank – Bank Devisa, tempat – tempat penukaran uang dan pusat – pusat peredaran valuta asing lainnya.
 b.  Badan-badan Pusat Statistik
Badan ini secara berkala melakukan pengumpulan dan penganalisaan data kepariwisataan nasional maupun daerah yang dapat dijadikan pegangan dalam menghitung penerimaan devisa.
 c. Bank Sentral
Bank Indonesia yang secara berkala memantau peredaran uang didalam negeri dan menerbitkan laporan atas perkembangan tersebut.

3. Metode Penelitian Penerimaan Devisa
a.  Metode Survei
Dimana metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata yang ada di Dieng, Wonosobo.
b. Metode Perkiraan
Dalam metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui data-data yang sudah ada pada instansi – instansi atau lembaga – lembaga yang terkait, dan data – data tersebut  diolah kembali sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk analisis selanjutnya.

SOAL NO.2
Propinsi Kopo memiliki jumlah penduduk 8.310.000 jiwa. Pada tahun 1993, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi provinsi ini tercatat sebanyak 678.542 orang. Sedangkan wisatawan nusantara yang datang melakukan kegiatan wisata di kawasan ini berjumlah 1.134.860 orang wisatawan. Menurut kantor pariwisata Kopo kecenderungan kegiatan pariwisata di daerah ini adalah sebagai berikut :
  • Pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per hari adalah 75 US$, sedang wisatawan nusantara memiliki pengeluaran rata-rata per harinya sebesar  Rp.25.000
  • Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10 hari sedangkan wisatawan nusantara 5 hari.
  • Nilai tambah Provinsi Kopo diketahui besarnya 45%
  • Pendapatan regional provinsi ini diketahui sebesar Rp.1.625.000.000.000,00
  • Pada tahun 1993 1 US $ sebanding dengan Rp.2.500,-

    Anda diminta untuk :
    1.    Menghitung dan memberikan analisis atas intesitas pariwisata provinsi Kopo
    2.    Menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan sector pariwisata di Provinsi Kopo.
    3.    Menghitung besarnya sumbangan yang diberikan oleh sector pariwisata terhadap pendapatan regional provinsi ini.
    4.    Buatkan analisis mengenai kondisi kegiatan pariwisata di Provinsi Kopo ditinjau dari sumbangan kegiatan sector pariwisata.

    Jawab:

    Dik : 
              P       : 8.310.000
              Nf     : 678.542                                            Nd     : 1.134.860
              Ef      : 75 US$ x Rp. 2500 = Rp. 187.500      Ed     : Rp. 25.000
              Lf      : 10 Hari                                            Ld     : 5 Hari
              RY     : Rp. 1.625.000.000.000
              Nilai Tambah : 45%
     
    Dit :
     
  • Intensitas Pariwisata

    TI
    =
    ((Nf x Lf) + (Nd x Ld)) x 100%
                        P

    = ((678.542 x 10) + (1.134.860 x 5)) / 8.310.000  x 100 %
                       
    = 6.785.420 + 5.674.300 / 8.310.000 x 100%

                       = 12.459.720 8.310.000   x 100%
          
                       = 150 %

     
  • Besarnya pendapatan yang diperoleh

    Y
    =
    (Nd x Ld x ed)
    +
    (Nf x Lf x ef)

    = (1.134.860 x 5 x 25.000) + (678.542 x 10 x 187.500)

    = 141.857.500.000 + 1.272.266.250.000

    = Rp. 1.414.123.750.000


     
  • Besarnya sumbangan yang diberikan 
     
                         
    CT
    =
    Y x Va x 100%
             NY

    = 1.414.123.750.000 x 45% / 1.625.000.000.000  x 100%

    = 39
     
  • Analisis mengenai kondisi kegiatan pariwisata di Provinsi Kopo ditinjau dari sumbangan kegiatan sector pariwisata,
    Dengan presentase sumbangan sebeser 39 % dengan pendapatan regional sebesar 1.625.000.000.000. Provinsi Kopo memiliki sumbangan yang cukup besar untuk sector pariwisata. Sehingga sector pariwisata di Provinsi Kopo merupakan salah satu komponen utama dalam struktur perekonomiannya. Dan dengan perhitungan tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan perekonomian provinsi Kopo agar menjadi daerah yang semakin maju dalam peningkatan perekonomiannya.